PENDAHULUAN
Seiring
berjalannya waktu, di dalam organisasi kerap terjadi konflik. Baik konflik
internal maupun konflik eksternal antar organisasi. Konflik yang terjadi karena
permasalahan yang sangat remeh temeh. Namun justru dengan hal yang remeh temeh
itulah sebuah organisasi dapat bertahan lama atau tidak. Mekanisme ataupun
manajemen konflik yang diambil pun sangat menentukan posisi organisasi sebagai
lembaga yang menjadi payungnya. Kebijakan-kebijakan dan metode komunikasi yang
diambil sangat mempengaruhi keberlangsungan sebuah organisasi dalam
mempertahankan anggota dan segenap komponen di dalamnya.
Konflik
dalam organisasi sering dilihat sebagai sesuatu yang negatif, termasuk oleh
pemimpin organisasi. Karenanya, penanganan yang dilakukanpun cenderung
diarahkan kepada peredaman konflik. Dalam realita, konflik merupakan sesuatu
yang sulit dihindarkan karena berkaitan erat proses interaksi manusia.
Karenanya, yang dibutuhkan bukan meredam konflik, tapi bagaimana menanganinya
sehingga bisa membawa dampak konstruktif bagi organisasi.
·
Teori-teori konflik
Ada tiga
teori konflik yang menonjol dalam ilmu sosial. Pertama adalah teori konflik C.
Gerrtz, yaitu tentang primodialisme, kedua adalah teori konflik Karl. Marx,
yaitu tentang pertentangan kelas, dan ketiga adalah teori konflik James Scott,
yaitu tentang Patron Klien.
Konflik Organisasi
Konflik Organisasi Yaitu suatu proses antara
dua orang atau lebih dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak
lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya menjadi tak berdaya.
Konlfik itu sendiri merupakan suatu situasi yang wajar dalam setiap
masyarakat maupun yang tidak pernah mengalami konlfik antar anggota
atau kelompok masyarakat lainnya, konflik itu akan hilang bersamaan
dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik yang dapat terknontrol
dapat menghasilkan sebuah integrasi yang baik, namun sebaliknya integrasi
yang tidak sempurna justru dapat menciptakan sebuah konflik.
·
Menurut Robbin (1996),
- konflik
organisasi adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya
ketidaksesuaian antara dua pendapat (sudut pandang) yang berpengaruh
terhadap pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif mau pun negatif.
·
menurut Killman dan Thomas
(1978)
- konflik
merupakan kondisi ketidakbocoran antar nilai atau tujuan-tujuan yang
ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun hubungan dengan orang
lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat mengganggu bahkan
menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan
produktivitas kerja.
·
Konflik Menurut Stoner dan Freeman
Stoner
dan Freeman(1989:392) membagi pandangan menjadi dua bagian, yaitu pandangan
tradisional (Old view) dan pandangan modern (Current View):
1. Pandangan tradisional. Pandangan tradisional menganggap
bahwa konflik dapat dihindari. Hal ini disebabkan konflik dapat mengacaukan
organisasi dan mencegah pencapaian tujuan yang optimal. Oleh karena itu, untuk
mencapai tujuan yang optimal, konflik harus dihilangkan. Konflik biasanya
disebabkan oleh kesalahan manajer dalam merancang dan memimpin organisasi.
Dikarenakan kesalahan ini, manajer sebagai pihak manajemen bertugas
meminimalisasikan konflik.
2. Pandangan modern. Konflik tidak dapat dihindari. Hal ini
disebabkan banyak faktor, antara lain struktur organisasi, perbedaan tujuan,
persepsi, nilai – nilai, dan sebagainya. Konflik dapat mengurangi kinerja
organisasi dalam berbagai tingkatan. Jika terjadi konflik, manajer sebagai
pihak manajemen bertugas mengelola konflik sehingga tercipta kinerja yang
optimal untuk mencapai tujuan bersama.
·
Konflik Menurut Myers
Selain
pandangan menurut Robbin dan Stoner dan Freeman, konflik dipahami berdasarkan
dua sudut pandang, yaitu: tradisional dan kontemporer (Myers, 1993:234)
1. Dalam pandangan tradisional, konflik dianggap sebagai
sesuatu yang buruk yang harus dihindari. Pandangan ini sangat menghindari
adanya konflik karena dinilai sebagai faktor penyebab pecahnya suatu kelompok
atau organisasi. Bahkan seringkali konflik dikaitkan dengan kemarahan,
agresivitas, dan pertentangan baik secara fisik maupun dengan kata-kata kasar.
Apabila telah terjadi konflik, pasti akan menimbulkan sikap emosi dari tiap
orang di kelompok atau organisasi itu sehingga akan menimbulkan konflik yang
lebih besar. Oleh karena itu, menurut pandangan tradisional, konflik haruslah
dihindari.
2. Pandangan kontemporer mengenai konflik didasarkan pada
anggapan bahwa konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dielakkan sebagai
konsekuensi logis interaksi manusia. Namun, yang menjadi persoalan adalah bukan
bagaimana meredam konflik, tapi bagaimana menanganinya secara tepat sehingga
tidak merusak hubungan antarpribadi bahkan merusak tujuan organisasi. Konflik
dianggap sebagai suatu hal yang wajar di dalam organisasi. Konflik bukan
dijadikan suatu hal yang destruktif, melainkan harus dijadikan suatu hal konstruktif
untuk membangun organisasi tersebut, misalnnya bagaimana cara peningkatan
kinerja organisasi.
Jenis-jenis konflik :
ada 5 jenis konflik dalam kehidupan organisasi yaitu,
ada 5 jenis konflik dalam kehidupan organisasi yaitu,
1. Konflik dalam diri
individu, yang terjadi bila sesorang indivdu menghadapi ketidakpastian tentang
pekerjaan yang dia harapkan untuk melaksanakannya. Bila berbagai permintaan
saling bertentangan, atau bila individu diharapkan untuk melakukan lebih dari
kemampuannya.
2. Konflik antar individu
dalam organisasi yang sama, dimana hal ini sering diakibatkan oleh
perbedaan-perbedaan kepribadian. Konflik ini berasal dari adanya konflik antar
peranan (seperti antara manajer dan bawahan).
3. Konflik antara individu dan
kelompok, yangberhubungan dengan cara individu menanggapi tekanan untuk keseragaman
yang dipaksakan oleh kelompok kerja mereka.
4. Konflik antar kelompok
dalam organisasi yang sama, karena terjadi pertentangan kepentingan antar
kelompok atau antar organisasi.
5. Konflik antar organisasi,
yang timbul sebagai akibat bentuk persaingan ekonomi dalam sistem perekonomian
suatu negara. Konflik ini telah mengarahkan timbulnya pengembangan produk baru,
teknologi, dan jasa, harga-harga lebih rendah , dan penggunaan sumber daya
lebih efisien.
Sumber-sumber utama penyebab konflik
organisasi,
yaitu:
1. Perbedaan individu , yang
meliputi perbedaan pendirian dan perasaan,
2. Perbedaan latar belakang
kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda pula,
3. Perbedaan kepentingan
individu atau kelompok,
4. Perubahan-perubahan nilai
yang cepat dan mendadak dalam masyarakat, dan
5. Perbedaan pola interaksi
yang satu dengan yang lainnya.
Teknik -teknik utama untuk memecahkan konflik
organisasi:
·
Introspeksi
diri,
·
Mengevaluasi
pihak-pihak yang terlibat ,
·
Identifikasi
sumber konflik.
Spiegel
(1994) menjelaskan ada lima tindakan yang dapat kita lakukan dalam penanganan
konflik :
a.
Berkompetisi
Tindakan
ini dilakukan jika kita mencoba memaksakan kepentingan sendiri di atas
kepentingan pihak lain. Pilihan tindakan ini bisa sukses dilakukan jika situasi
saat itu membutuhkan keputusan yang cepat, kepentingan salah satu pihak lebih
utama dan pilihan kita sangat vital. Hanya perlu diperhatikan situasi menang –
kalah (win-lose solution) akan terjadi disini. Pihak yang kalah akan merasa
dirugikan dan dapat menjadi konflik yang berkepanjangan. Tindakan ini bisa
dilakukan dalam hubungan atasan bawahan, dimana atasan menempatkan
kepentingannya (kepentingan organisasi) di atas kepentingan bawahan.
b.
Menghindari konflik
Tindakan
ini dilakukan jika salah satu pihak menghindari dari situsasi tersebut secara
fisik ataupun psikologis. Sifat tindakan ini hanyalah menunda konflik yang
terjadi. Situasi menang kalah terjadi lagi disini. Menghindari konflik bisa
dilakukan jika masing-masing pihak mencoba untuk mendinginkan suasana,
mebekukan konflik untuk sementara. Dampak kurang baik bisa terjadi jika pada
saat yang kurang tepat konflik meletus kembali, ditambah lagi jika salah satu
pihak menjadi stres karena merasa masih memiliki hutang menyelesaikan persoalan
tersebut.
c.
Akomodasi
Yaitu
jika kita mengalah dan mengorbankan beberapa kepentingan sendiri agar pihak
lain mendapat keuntungan dari situasi konflik itu. Disebut juga sebagai self
sacrifying behaviour. Hal ini dilakukan jika kita merasa bahwa kepentingan
pihak lain lebih utama atau kita ingin tetap menjaga hubungan baik dengan pihak
tersebut.
Pertimbangan
antara kepentingan pribadi dan hubungan baik menjadi hal
yang
utama di sini yaitu :
d.
Kompromi
Tindakan
ini dapat dilakukan jika ke dua belah pihak merasa bahwa kedua hal tersebut
sama –sama penting dan hubungan baik menjadi yang utama. Masing-masing pihak
akan mengorbankan sebagian kepentingannya untuk mendapatkan situasi
menang-menang (win-win solution).
e.
Berkolaborasi
Menciptakan
situasi menang-menang dengan saling bekerja sama. Pilihan tindakan ada pada
diri kita sendiri dengan konsekuensi dari masing-masing tindakan. Jika terjadi
konflik pada lingkungan kerja, kepentingan dan hubungan antar pribadi menjadai
hal yang harus kita pertimbangkan.
2. Perubahan dan
Perkembangan Organisasi
Faktor – faktor perubahan
Perubahan organisasi terjadi karena
adanya perubahan-perubahan dalam berbagai variable eksternal seperti system
politik, ekonomi, teknologi, pasar, dan nilai-nilai. Kenaikan biaya dan
kelangkaan berbagai SDA, keamanan karyawan dan peraturan-peraturan anti polusi,
boikot pelanggan adalah beberapa contoh factor-faktor lingkungan yang merubah
kehidupan orang baik sebagai karyawan maupun langgganan dalam tahun-tahun
terakhir. Berbagai kekuatan eksternal dari kemajuan teknologi sampai
kegiatan-kegiatan persaingan dan perubahan pola kehidupan, dapat menekan
organisasi untuk mengubah tujuan, struktur dan metode operasinya.
Proses perubahan organisasi adalah konsep
daur hidup atau life cycle. Organisasi mengalami proses kelahiran pertumbuhan,
berkembang, kematangan, kemunduran dan akhirnya mengalami kematian sebagaimana
dalam semua sistem biologi dam sistem sosial. Fase-fase perkembangan organisasi
juga memiliki sifat kuaintitatif dan kualitatif yang merupakan indikator ”
mati-hidup ” suatu organisasi.
Organisasi juga harus melihat arah
perubahan lingkungan yang pasti dan yang tidak pasti. Artinya, organisasi
adaptif atas perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitarnya. Oleh karena
itu, suatu organisasi haruslah mengembangkan strategi dalam mengadaptasi
perubahan lingkungan, termasuk strategi dalam melakukan kontrol terhadap
lingkungan. Untuk itu perlu kiranya merencanakan perubahan organisasi, termasuk
di dalamnya yaitu mengembangkan organisasi.
Didalam
perubahan suatu organisasi terdapat 2(dua) kekuatan dalam terjadinya perubahan
organisasi itu sendiri, yaitu:
- Faktor ekstern,
- Faktor intern.
·
Faktor Ekstern
Adalah
segala keseluruhan faktor yang ada di luar organisasi yang dapat mempengaruhi
organisasi dan kegiatan organisasi. Beberapa factor tersebut antara lain :
Politik, Hukum , Kebudayaan, Teknologi, Sumber alam, Demografi dan sebagainya.
Adalah penyebab perubahan yang berasal dari luar,
atau sering disebut lingkungan. Organisasi bersifat responsive terhadap
perubahan yang terjadi di lingkungannya. Oleh karena itu, jarang sekali suatu
organisasi melakukan perubahan besar tanpa adanya dorongan yang kuat dari
lingkungannya. Artinya, perubahan yang besar itu terjadi karena lingkungan
menuntut seperti itu. Beberapa penyebab perubahan organisasi yang termasuk
faktor ekstern adalah perkembangan teknologi, faktor ekonomi dan peraturan
pemerintah.
Contoh factor ekstern perubahan organisasi :
Ø Politik
Ø Hukum
Ø Kebudayaan
Ø Teknologi
Ø Sumber Daya Alam
Ø Demografi
Ø Sosiologi
·
Faktor Intern
Adalah penyebab perubahan yang berasal dari dalam organisasi
yang bersangkutan, yang dapat berasal dari berbagai sumber antara lain:
- Problem
hubungan antar anggota,
- Problem
dalam proses kerja sama,
- Problem
keuangan.
Hubungan antar
anggota yang kurang harmonis merupakan salah satu problem yang lazim terjadi.
Dibedakan menjadi dua, yaitu: problem yang menyangkut hubungan atasan bawahan
(hubungan yang bersifat vertikal), dan problem yang menyangkut hubungan sesama
anggota yang kedudukannya setingkat (hubungan yang bersifat horizontal).
Problem atasan bawahan yang sering timbul adalah problem yang menyangkut
pengambilan keputusan dan komunikasi. Keputusan pimpinan yang berkenaan dengan
system pengupahan, misalnya dianggap tidak adil atau tidak wajar oleh bawahan,
atau putusan tentang pemberlakuan jam kerja yang dianggap terlalu lama, dsb.
Hal ini akan menimbulkan tingkah laku anggota yang kurang menguntungkan
organisasi, misalnya anggota sering terlambat. Komunikasi atasan bawahan juga
sering menimbulkan problem. Keputusannya sendiri mungkin baik tetapi karena
terjadi salah informasi, bawahan menolak keputusan pimpinan. Dalam hal seperti
ini perubahan yang dilakukan akan menyangkut system saluran komunikasi yang
digunakan.
Problem yang sering
timbul berkaitan dengan hubungan sesame anggota organisasi pada umumnya
menyangkut masalah komunikasi dan kepentingan masing-masing anggota.Proses
kerja sama yang berlangsung dalam organisasi juga kadang-kadang merupakan
penyebab dilakukannya perubahan. Problem yang timbul dapat menyangkut masalah
system kerjasamanya dan dapat pula menyangkut perlengkapan atau peralatan yang
digunakan. Sistem kerja sama yang terlalu birokratis atau sebaliknya dapat
menyebabkan suatu organisasi menjadi tidak efisien. System birokrasi (kaku)
menyebabkan hubungan antar anggota menjadi impersonal yang mengakibatkan
rendahnya semangat kerja dan pada gilirannya produktivitas menurun, demikian
sebaliknya. Perubahan yang harus dilakukan akan menyangkut struktur organisasi
yang digunakan.
Perlengkapan yang
digunakan dalam mengolah input menjadi output juga dapat merupakan penyebab
dilakukannya perubahan. Tujuan penggunaan berbagai perlengkapan dan peralatan
dalam proses kerjasama ialah agar diperoleh hasil secara efisien.
Contoh factor ekstern perubahan organisasi :
Ø
Perubahan kebijakan pimpinan
Ø
Perubahan tujuan
Ø
Perluasan wilayah operasi tujuan
Ø
Volume kegiatan bertambah banyak
Ø
Sikap & perilaku dari para anggota organinsasi.
Sikap organisasi dalam menghadapi terjadinya perubahan lingkungan
intern/ ekstern, yaitu :
Ø Mengadakan perubahan struktur organisasi.
Ø
Mengubah sikap & perilaku pegawai.
Ø
Mengubah tata aliran kerja.
Ø
Mengubah peralatan kerja.
Ø
Mengubah prosedure kerja
Ø Mengadakan perubahan dalam hubungan kerja
antar personel.
Ada dua pendekatan penanganan
perubahan organisasi:
1. Proses perubahan reaktif.
Manajemen bereaksi atas tanda-tanda bahwa perubahan
dibutuhkan, pelaksanaan modifikasi sedikit demi sedikit untuk menangani masalah
tertentu yang timbul. Sebagai contoh, bila peraturan baru dari pemerintah
mensyaratkan perusahaan untuk mempunyai perlindungan terhadap kebakaran, maka
manajer mungkin akan membeli alat pemadam kebakaran.
2.Program perubahan yang direncanakan
(planned change),
disebut sebagai proses proaktif.Manajemen melakukan
berbagai investasi waktu dan sumberdaya lainnya yang berarti untuk menguibah
cara-cara operasi organisasi. Perubahan yang direncanakan ini didefinisikan
sebagai perancangan dan implementasi inovasi struktural, kebijaksanaan atau
tujuan baru, atau suatu perubahan dalam filsafat, iklim dan gaya pengoperasian
secara sengaja. Pendekatan ini tepat bila keseluruhan organissi, atau sebagian
besar satuan organisasi, harus menyiapkan diri untuk atau menyesuaikan dengan
perubahan.
Di dalam proses perubahan, terdapat
seorang atau individu yang bertanggung jawab atas peranan kepemimpinan dalam
proses pengelolaan perubahan. Individu ini disebut dengan “Change Agent”
(pengantar perubahan). Sedangkan individu atau kelompok yang merupakan sasaran
perubahan disebut “sistem klien”. Pengantar perubahan ini dapat berasal dari
para anggota organisasi atau dapat sebagai konsultan dari luar organisasi.
Leavitt (1964), menyatakan bahwa organisasi dapat diubah
melalui pendekatan struktur, pendekatan teknologi, dan pendekatan
orang-orangnya. Pendekatan struktur adalah yang menyangkut aplikasi
prinsip-prinsip perancangan organisasi yang misalnya: desentralisasi, tanggung
jawab jabatan, garis wewenang yang tepat, penciptaan pembagian kerja dll.
Pendekatan teknologi berkaitan dengan diubahnya teknik-teknik yang dipakai
denga teknologi baru; perubahan ini dapat membawa konsekuesi pula pada
perubahan struktur organisasi (menjadi pendekatan tekno-struktur). Bila
pendekatan struktural dan teknik bermaksud untuk memperbaiki prestasi kerja
organisasi melalui pengubahan situasi kerja yang tepat, maka pendekatan-
pendekatan orang dimaksudkan untuk mengubah secara langsung perilaku karyawan
melalui pemusatan dan ketrampilan, sikap, persepsi dan pengharapan mereka
sehingga diharapkan akan melaksanakan tugas dengan lebih efektif.
Adapun Proses dari perubahan:
·
Mengadakan
pengkajian
·
Mengadakan
identifikasi
·
Menetapkan
Perubahan
·
Menentukan
strategi
·
Melakukan
evaluasi
Apabila
selama ini kita hanya mengenal pembelajaran pada tingkat individu dan kelompok,
maka perkembangan manajemen telah mengenal pembelajaran organisasi (learning
organization), yang secara sederhana dapat diartikan sebagai Organisasi
yang secara terus menerus melakukan perubahan diri agar dapat mengelola
pengetahuan lebih baik lagi, memanfaatkan tekhnologi, memberdayakan sumber
daya, dan memperluas area belajarnya agar mampu bertahan di lingkungan yang
selalu berubah.
Perkembangan Organisasi
Perkembangan pada suatu organisasi itu
sendiri dapat terjadi manakala organisasi tersebut , lebih cenderung dalam
mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan dan diprogram dengan berusaha
meningkatkan efektivitas keorganisasian dengan mengintegrasikan keinginan
bersama akan pertumbuhan dan perkembangan dengan tujuan keorganisasian.
Pengembangan organisasi sebagai suatu disiplin perubahan perencanaan yang
menekankan pada penerapan ilmu pengetahuan dan praktek keperilakuan untuk
membantu organisasi-organisasi mencapai efektivitas yang lebih besar. Para
manajer dan staf ahli harus bekerja dengan dan melalui orang-orang untuk
melaksanakan tugas-tugas mereka dan Pengembangan Organisasi dapat membantu
mereka membentuk hubungan yang efektif di antara mereka. Di dalam menghadapi
akselerasi perubahan yang semakin cepat, Pengembangan Organisasi diperlukan
untuk bisa mengatasi konsekuensi-konsekuensi dari perubahan tersebut.
Ciri-ciri Pengembangan
Organisasi
Pengembangan
organisasi yang efektif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
·
Merupakan
strategi terencana dalam mewujudkan perubahan organisasional, yang memiliki
sasaran jelas berdasarkan diagnosa yang tepat dan akurat tentang permasalahan
yang dihadapi oleh suatu organisasi.
·
Merupakan
kolaborasi antara berbagai pihak yang akan terkena dampak perubahan yang akan
terjadi terhadap suatu organisasi.
·
Menekankan
cara-cara baru yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja seluruh organisasi
dan semua satuan kerja dalam organisasi.
·
Mengandung
nilai humanistik dimana pengembangan potensi manusia menjadi bagian terpenting.
·
Menggunakan
pendekatan komitmen sehingga selalu memperhitungkan pentingnya interaksi,
interaksi dan interdependensi antara organisasi sau dengan organisasi yang
lainnya.
·
Berbagai
satuan kerja sebagai bagian integral di suasana yang utuh.
·
Menggunakan
pendekatan ilmiah dalam upaya meningkatkan efektivitas organisasi.
Metode Pengembangan
Organisasi
Dalam kegiatan pengembangan organisasi
terdapat berbagai macam metode yang pada dasarnya dikelompokan dalam 2 macam,
yaitu metode pengembangan perilaku, dan metode pengembangan keterampilan dan
sikap.
1.
Metode Pengembangan Perilaku :
·
Jaringan Manajerial (Managerial Grid)
Jaringan
manajerial atau kisi manajerial (managerial grid), disebut juga latiahan
jaringan (grid training), adalah suatu metode pengembangan organisasi yang di
dasarkan jaringan manajerial. Teori ini di pelopori oleh Robert Blake dan Jane
Mouton. Dalam metode ini dikenal dua dimensi dua prilaku pimpinan, yaitu
prilaku pimpinan yang memusatkan perhatian pada produksi, dan prilaku pimpinan
yang memusatkan prilakunya pada orang. Dari segi intensitasnya, seorang
pimpinan mungkin dapat menerapkan sekaligus dua prilaku tersebut dalam
intensitas yang sama atau berbeda.
·
Latihan Kepekaan
Latihan
kepekaan (sensitifity training) merupakan latihan dengan kelompok. Oleh karena
itu metode ini di namakan pula metode T-groupe (T= Training). Dalam metode ini
yang di maksud dengan kepekaan adalah kepekaan terhadap diri sendiri dan
terhadap hubungan diri sendiri dengan orang lain. Metode ini berlandaskan pada
anggapan bahwa kesulitan untuk berprestasi di sebabkan oleh adanya persoalan
emosional dari kelompok orang-orang yang harus mencapai tujuan. Metode ini
beranggapan bahwa apabila persoalan emosional itu dapat di atas maka dengan
sendirinya kesulitan untuk beradaptasi dapat di hilangkan.
Oleh
karena itu tujuan dari pada latiahan kepekaan adalah mempertajam daya peka,
perasaan(emosi), dan kecepatan reaksi dalam menghadapi beberapa persoalan.
Dalam latihan ini anggota kelompok di beri movasiuntuk belajar mengenai diri
sendiri dalam menghadapi orang lain, kebutuhan dan sikap mereka sendiri. Sikap
ini dapat terungkap melalui dua jalur, yaitu melalui mereka sendiri terhadap
orang lain, dan melalui prilaku orang lain terhadap diri mereka sendiri.
·
Pembentukan Tim
Pembentukan
Tim (Team Feedback) adalah suatu metode yang berusaha mengumpulkan data-data
dari para anggota organisasi. Data itu meliputi data-data yang berhubungan
dengan tingkah laku,sikap,serta berbagai perasaan lain yang ada pada diri
setiap anggota organisasi. Data-data yang telah dikumpulkan kemudian di susun
dan di kembangan kepada para anggota organisasi yang telah di survai untuk
didiskusikan. Dari hasil diskusi akan di perpleh umpan balik(feedback) dari
para anggota organisasi yang telah di survey, apakah perlu di adakan perubahan
atau tidak.
·
Umpan Balik Survei
2.
Metode Pengembangan Ketrampilan dan Sikap :
·
On The Job Training
Latihan
ditempat kerja (on the job training ) ialah latian kerja ditempat kerja yang
sebenarnya. Latian ini melatih anggota organisasi untuk menjalankan pekerjaan –
pekerjaan dengan lebih efisien. Didalam latian ini instruksi- instruksi
diberikan langsung kepada anggota organisasi ditempat kerjannya, baik yang bersifat
kerja sama maupun yang bersifat perseorangan. Dengan latian ini
diharapkan para anggota organisasi lebih mampu menjalankan dan lebih menguasai
pekerjaannya.
Ada
beberapa keuntungan yang diperoleh dalam latihan ditempat kerja ini,
antara lain :
1) Sangat
ekonomis Karen para peserta tetap produktif selama mereka mengikuti dan
manjalankan latiahan .
2) Presentasi
anggota organisasi tidak akan berkurang atau hilang. Hal ini sangat berbeda
apabila dibanding dengan latihan yang diadakan diluar tempat kerja.
Latihan yang diluar tempat kerja kan melibatkan sebagian presentasi
hilang apabila peserta latian kembali ke tempat kerjanya masing-masing
·
Job Instruction Training
Adalah
dengan memberikan petunjuk-petunjuk pekerjaan secara langsung pada pekerjaan
dan terutama digunakan untuk melatih para karyawan tentang cara-cara
pelaksanaan pekerjaan sekarang. Pada metode ini didaftarkan semua
langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pekerjaan sesuai dengan urutannya.
·
Of The Job Training
Metode
off the job adalah pelatihan yang menggunakan situasi di luar pekerjaan.
Dipergunakan apabila banyak pekerja yang harus dilatih dengan cepat seperti
halnya dalam penguasaan pekerjaan, di samping itu juga apabila pelatihan dalam
pekerjaan tidak dapat dlakukan karena sangat mahal.
1.
Lecture
Merupakan
metode pelatihan dengan memberikan kuliah atau ceramah dalam rangka penyampaian
informasi-informasi yang dibutuhkan petatar Metode ini mengeluarkan biaya yang
tidak tinggi, namun kelemahannya adalah peserta kurang partisipasi dan kurang
respon.
2.
Video Presentation
Adalah
prestasi yang dilakukan melalui media televisi, film, slides dan sejenisnya
serupa dengan bentuk lecture.
3.
Role Playing
Merupakan
suatu permainan peran yang dilakukan oleh peserta untuk memainkan berbagai
peran orang tertentu dan diminta untuk menanggapi para peserta lain yang
berbeda perannya. Teknik ini dapat mengubah sikap peserta, seperti misalnya:
menjadi lebih toleransi terhadap perbedaan individual dan juga dapat mengembangkan
ketrampilan-ketrampilan antar pribadi.
4.
Case Study
Merupakan
metode pelatihan dimana para peserta pelatihan dihadapakan pada berapa kasus
tertulis dan diharuskan memecahkan masalah-masalah tersebut.
5.
Simulation
Simulasi
merupakan suatu situasi atau kejadian yang ditampilkan semirip mungkin dengan
situasi yang sebenarnya, tetapi hanya merupakan tiruan saja dan para pelatihan
harus memberikan respon seperti dalam kejadian yang sebenarnya. Jadi simulasi
merupakan suatu teknik untuk mencontoh semirip mungkin terhadap konsep
sebenarnya dari pekerjaan yang akan dijumpai.
6.
Self Study
Merupakan
teknik yang menggunakan modul-modul tertulis dan kaset-kaset atau video tape
rekaman dan para peserta hanya mempelajarinya sendiri. Teknik ini tepat
digunakan apabila jumlah karyawan yang mengikuti pelatihan dalam jumlah yang
besar, pada karyawan tersebar di berbagai lokasi yang berbeda-beda dan sulit
mengumpulkan para karyawan sekaligus untuk bersama-sama mengikuti program
pelatihan tertentu.
7.
Programmed Learning
Dalam
metode ini, diberikan beberapa pertanyaan-pertanyaan dan para peserta pelatihan
harus memberikan jawaban yang benar. Metode ini dapat juga melalui komputer
yang sudah mempunyai program tersendiri agar para peserta dapat mempelajari dan
memperinci selangkah demi selangkah dengan umpan balik langsung pada
penyelesaian- setiap langkah. Masing-masing peserta pelatihan dapat menetapkan
kecepatan belajarnya
8.
Laboratory Training
Teknik
ini adalah merupakan suatu bentuk latihan kelompok yang terutama digunakan
untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilan antar pribadi. Latihan ini bersifat
sensivitas, dimana peserta menjadi lebih sensitif terhadap perasaan orang lain
dan lingkungan. Laboratory Training ini berguna untuk mengembangkan berbagai
perilaku bagi tanggung jawab pekerjaan di waktu yang akan datang.
9.Vestibule Training
Merupakan
pelatihan yang dilakukan dalam suatu ruangan khusus yang terpisah dari tempat
kerja biasa dan disediakan jenis pelaralatan yang sama seprti yang akan
digunakan pada pekerjaan sebenarnya. Latihan ini berguna sebagai pendahuluan
dari latihan kerja.
Rangkuman
Organisasi
sebagai suatu bentuk kehidupan dalam masyarakat juga mengalami perubahan,
karena organisasi juga harus selalu menyesuaikan dengan perubahan- perubahan
yang terjadi. Organisasi mengalami perubahan karena organisasi selalu
menghadapi berbagai macam tantangan. Pengembangan organisasi mempunyai dua arti,
yaitu pengembangan organisasi sebagai fungsi administrasi dan pengembangan organisasi
sebagai fungsi spesialis atau sebagai suatu teknik manajemen Pada dasarnya
pengembangan organisasi merupakan usaha yang dilakukan secara berencana, terus
menerus meliputi organisasi secara keseluruhan untuk meningkatkan evektifitas
dan kesehatan organisasi dengan menerapkan azas-azas dan praktek yang dikenal
dalam kegiatan organisasi.
Referensi :